Pemerintah menanggapi dingin positifnya kinerja ekonomi Filipina yang
berhasil menyalip Indonesia. Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang
Brodjonegoro seolah tidak terima jika ekonomi Indonesia dikalahkan
ekonomi Filipina.
Dia mengatakan sesungguhnya ekonomi Indonesia sudah jauh lebih bagus
ketimbang Filipina. Hanya saja, momentum Filipina sedang bagus untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
"Sekarang gini deh. Kalau Indonesia dan Filipina, Filipina sama
Indonesia lebih kompleks mana sih? Jadi kalau kita bisa menaikkan
ranking kita, itu sudah prestasi. Kita sudah getting better. Filipina
itu sekarang sedang dalam momentum bagus, pertumbuhan ekonomi 6,6
persen, dapat investment grade, Current Accountnya surplus. Berarti dia
punya momentum. Dan dia lagi reform," ujar Bambang usai Rapat Kerja
bersama Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (30/5).
Menurut dia, Indonesia punya kompleksitas yang tinggi ketimbang
Filipina. Dengan begitu, pencapaian pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen
sudah menunjukkan kinerja yang baik.
"Kita tidak ada kalah atau menang. Filipina itu sudah lama sekali
enggak ngerasain pertumbuhan ekonomi 6 persen. Dia itu pernah dianggap
orang sakitnya Asia, karena lama sekali pertumbuhannya jelek. Kita kan
setelah krisis 98 recovernya cepat," tegas dia.
Bambang menambahkan, masalah Indonesia saat ini hanya tidak mampu
menembus pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, sehingga Indonesia harus
memperbaiki momentum dan gerakan-gerakan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Dibanding Filipina, dia mengakui kekalahan Indonesia dalam upaya
pemberantasan korupsi. "Makanya saya bilang, mencari korupsi di 240 juta
sama Filipina berapa sih? 60-70 juta kan beda. Beda lah. Negaranya
dengan luas kayak begini, dengan 500-an kabupaten. Kita appreciate juga
kita rankingnya naik. Kalau kalah bagus sih buat motivasi," ucapnya.
Sebelumnya, dengan ekonomi yang tumbuh pesat dan tenaga kerja
efisien, Filipina melonjak lima tingkat dalam Peringkat Daya Saing Dunia
tahun ini. Dari posisi di level 43 tahun lalu, Filipina kini mendarat
di angka 38 dalam survei global terhadap daya saing tahun ini yang
digelar sekolah bisnis internasional IMD. Ada 60 negara yang dicakup
dalam survei tahunan.
Peringkat suatu negara dilihat sebagian besar dari sektor bisnis,
difokuskan pada empat kategori utama: kinerja ekonomi, efisiensi
pemerintah, efisiensi bisnis dan infrastruktur.
Di bidang kinerja ekonomi, Filipina memperbaiki peringkatnya 11 angka
dari 42 pada tahun lalu menjadi 31 tahun ini. Hal ini menyusul
pertumbuhan kinerja yang mendorong pertumbuhan tahun lalu, ketika
ekonomi tumbuh sebesar 6,6 persen, melampaui target pemerintah sebesar
5-6 persen.