Kepedulian dan perhatian terhadap lanjut usia merupakan tanggungjawab
bersama. Kementerian Sosial menjalin kerja sama dengan berbagai pihak
terkait untuk mewujudkannya.
"Kepedulian terhadap para lanjut
usia (lansia), tidak hanya domain Kementerian Sosial (Kemensos). Tetapi,
tanggungjawab kita semua," kata Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri di
acara Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Kampung Kambing, Kecamatan
Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/5).
Dibutuhkan upaya
sadar dan berkesinambungan agar masalah tidak terus bertumpuk. Mutlak
harus dilakukan untuk mewujudkan Indonesia adil dan sejahtera. Masih
terdapat puluhan masalah kesejahteraan sosial, termasuk konflik sosial
dan kepedulian lansia.
Tahun ini, kata Mensos, peringatan HLUN
harus bisa lebih bermakna daripada sekedar seremonial. Sejatinya
mengingatkan semua pihak meningkatnya angka harapan hidup berbanding
lurus dengan panjangnya usia hidup seseorang.
"Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menyebutkan, angka harapan hidup meningkat di atas lima
tahun. Jadi, usia harapan hidup tertinggi orang Indonesia 68 tahun,
menjadi 70 lebih," tandasnya.
Secara biologis, makin meningkatnya
usia berdampak pada berkurangnya kapasitas gerak dan intelegensia.
Sebuah keniscayaan bagi semua pihak untuk mempersiapkan berbagai layanan
bagi lanjut usia, baik dalam keluarga maupun di luar keluarga.
Data
Direktorat Pelayanan Lanjut Usia, Kemensos menyebutkan, saat ini,
terdapat 18.043.717 penduduk berusia lanjut, lanjut usia terlantar
2.851.606 orang, serta rawan terlantar 4.658.280 orang.
"Banyak faktor menjadikan usia lanjut terlantar, mulai dari faktor ekonomi, gaya hidup maupun faktor budaya," ucapnya.
Saat
ini, permasalahan kesejahteraan sosial beragam dan membutuhkan strategi
dan tangan terampil mengatasinya. Cara klasik dan sektoral harus
dikoreksi dengan cara integral dan holistik. Kemensos optimis, bisa
melaksanakan dengan baik karena didukung lembaga lembaga kesejahteraan
sosial (LKS) serta tenaga tenaga terlatih.
"Kemensos mendata dan
melakukan verifikasi rumah-rumah lansia tidak layak huni secara spesifik
kamarnya, karena memang perlu rancangan khusus disesuaikan sudut
pandang psikologis. Misalnya, lansia sering sensitif dan sudut pandang
biologis fisik terkait pengendalian metabolisme tubuh dari aspek
regeneratif," jelas Mensos.
Program Asuransi Lanjut Usia (Aslut)
bagi 26.500 lanjut usia di 33 provinsi. Juga bantuan bagi LKS,
penyelengggara layanan lanjut usia sebanyak 12.500 LKS, untuk program
daycare maupun homecare. Termasuk meningkatkan kompetensi tenaga pekerja
sosial di dalam maupun di luar luar negeri.
Mulai dengan
membedah 20 rumah di kecamatan Kecamatan Citeureup dari 100 rumah
direncanakan, akan dibedah dengan bantuan masing-masing rumah Rp 10 juta
rupiah.
Kemensos melakukan bedah rumah bagi lansia ini tidak
hanya terbatas bagi terlantar saja. Bagi para lansia mantan perintis
kemerdekaaan, mantan pejuang kemerdekaan. Mereka orangtua dan mereka
berjasa mendirikan bangsa dan negara.
"Saya mengajak semua pihak
terlibat. Lansia terlantar adalah orang orangtua kita, saudara kita.
Keterbatasan dana, bukan halangan mewujudkan kamar lansia layak. Dengan
semangat kesetiakawanan sosial, peduli dan berbagi, semuanya bisa
terlaksana dengan baik," ujarnya.